Selasa, 18 Desember 2012

Ketika Hati Sudah Berbicara






     Mungkin kalimat pertama yang tepat untuk memulai tulisan ini adalah, “Cinta tidak mengenal jarak dan tempat”. Ya, aku merasakan sendiri makna dari kalimat itu. Cinta yang menurut beberapa orang mustahil dan ganjil. Cinta yang menurut beberapa lainnya hanyalah cinta semu. Dan cinta yang menurut sebagian lainnya cuma bualan belaka. Tapi bagiku cinta ini ada dan nyata didalam hati ini, senyata cintaku kepada orang yang pernah bersamaku dulu, jauh sebelum aku mengenalmu.
     Aku masih ingat bagaimana awalnya aku mengenalmu. Waktu itu secara tidak sengaja aku melihatmu di timelineku. Iya, kita bertemu di dunia maya, dunia yang bagi banyak orang adalah tempat menumpahkan keluh kesahnya. Dunia yang bagi beberapa lainnya adalah panggung untuk melakukan drama yang tidak bisa mereka lakukan di dunia nyata. Dan dunia yang bagi sebagian lainnya hanya ‘bumbu penyedap’ di kehidupan mereka. Tapi aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan.
     Aku termasuk orang yang masih percaya dengan adanya “Cinta pada pandangan pertama”. Dan saat itu ketika pertama melihatmu, aku menyukaimu. Aku suka isi tweetmu yang nyeleneh dan terkadang membuat aku tersenyum sendiri membacanya. Tapi yang paling aku suka dari kamu adalah senyuman difotomu, senyuman yang membuat aku betah berlama-lama melihatnya.
     Akhirnya aku klik ‘follow’ dan mulai berkenalan denganmu. Awalnya sih biasa saja kita berkenalan seperti layaknya orang yang baru pertama bertemu. Sampai pada suatu hari aku memberanikan diri untuk meminta nomor handphonemu, dan ternyata kamu tidak keberatan untuk memberikannya. Aku senang bukan main, dan disitulah awalnya kita mulai dekat. Sering smsan dan lain sebagainya. Aku berterima kasih kepada semesta karena telah mempertemukan aku denganmu.
     Tiga bulan sudah aku mengenalmu. Tiga bulan yang menurutku sudah cukup untuk menyatakan perasaan ini kepadamu. Perasaan yang awalnya hanya suka namun lambat laun berubah menjadi rasa sayang dan cinta. Memang kita belum pernah bertemu di dunia nyata, tapi bagiku mengenalmu lewat dunia maya saja sudah cukup. Dan aku berharap itu juga sudah cukup bagimu untuk mempunyai perasaan yang sama kepadaku.
     Ada sedikit rasa ragu ketika aku ingin menyatakan perasaan ini padamu. Aku takut kamu tidak mempunyai rasa yang sama kepadaku. Aku takut ketika aku sudah menyatakan semuanya, kamu akan pergi dan menjauh dari sisi ku. Aku takut, sungguh takut. Takut kehilanganmu, takut kehilangan sms manjamu, dan takut kehilangan mention darimu. Tapi satu yang paling aku takutkan, yaitu kehilangan senyuman manismu, yang khas dan tidak dimiliki oleh orang lain, bahkan seorang artis sekalipun.
     Tapi semua rasa takut itu aku tepiskan jauh-jauh. Apapun yang terjadi aku harus mengatakan ini. Segala sesuatu di dunia ini pasti ada resikonya, dan aku akan mengambil resiko itu. Seperti kalimat yang pernah aku baca disebuah buku, “Man gotta do what man gotta do.” Ditambah sebuah kalimat lagi yang aku baca dari buku lainnya, “Ungkapin aja, at least  lo akan lega, dan dia jadi tau. Hasilnya biar semesta yang nentuin.” Maka aku tambah yakin dan bertekad untuk mengatakannya, mengatakan semua isi hati ini yang tidak bisa berbicara langsung kepadamu. Isi hati yang semoga bisa meluluhkan hatimu.

     “Ketika tak ada lagi yang bisa kau percaya, ikuti kata hati.” Begitu seharusnya, bukan? :)


  

Link :

2 komentar:

  1. wah, hari ini kan lg ada acara ketemu penulis buku ini tuh di MM bekasi kl ga salah, y?

    BalasHapus
  2. iyaa bener, kemarin pas hari sabtu itu mbak tp bukan di MM tepatnya di Giant hehe..

    BalasHapus