Rabu, 11 Juni 2014

Pesta Demokrasi

Berawal dari percakapan seorang Ayah dengan anak sulungnya di siang hari yang cerah, tentang Pesta Demokrasi negeri ini yang semakin kacau dan tak terarah. Yang pada akhirnya berujung pada sebuah kesimpulan dan diaminkan oleh keduanya. Terciptalah sebuah puisi sederhana dari sang anak, yang mencoba untuk mengeluarkan isi pikiran dari dalam benak. Maka inilah puisi itu...

Katanya pesta demokrasi, tapi beda pendapat sedikit langsung dicaci-maki.
Katanya pesta demokrasi, tapi saling serang sesama saudara sendiri.
Katanya pesta demokrasi, tapi saling buka aib calon presiden sendiri.
Katanya pesta demokrasi, tapi saling sikut dan menjatuhkan sana-sini.
Katanya pesta demokrasi, tapi didebat sedikit langsung emosi.
Katanya pesta demokrasi, tapi maunya menang sendiri tanpa peduli masukan dan opini.
Katanya pesta demokrasi, tapi pilihan orang lain jarang dihargai.
Katanya pesta demokrasi, orang beropini kok dibilang provokasi.
Katanya....  Ah sudahlah, persetan dengan pesta demokrasi!
Harusnya pesta demokrasi harus kita nikmati.
Namanya pesta harus bikin rakyat bahagia.
Caranya bagaimana? Dengan berjalan seiring dan menghargai pilihan masing-masing.
Lagipula siapapun yang duduk di kursi itu nanti, rakyat kecil seperti kami tak pernah diurusi!
Dan para bandit-bandit kelas kakap akan terus korupsi!

Indramayu, 11 Juni 2014.




3 komentar:

  1. Wooooh!!
    Keren, salam buat bapak.
    Coba baca puisi-puisinya Gus Mus, deh :D

    BalasHapus
  2. Ucinn: MERDEKAAAA!!!
    Mas Aih: Terima kasih, Mas. Nanti coba saya baca. :D

    BalasHapus